Seiring perkembangan teknologi pangani, ragam bahan pangan juga semakin bervariasi. Salah satunya adalah nasi shirataki.
Meskipun disebut ‘nasi’, sumber karbohidrat ini bukan beras yang biasa dijual di pasaran. Nasi shirataki berasal dari umbi tanaman konjac atau Amorphophallus konjac yang berasal dari Jepang.
Tanaman konjac banyak tumbuh di berbagai negara Asia seperti Jepang dan China. Selain diolah menjadi nasi shirataki, tepung akar tanaman konjak juga sering diolah menjadi mi atau makanan ringan.
Nasi shirataki kaya akan serat dan bisa menjadi pilihan bagi individu yang sedang menjalani program diet namun tidak ingin mengurangi konsumsi nasi putih. Teksturnya yang kenyal dan pulen dapat menjadi alternatif bagi nasi sehingga orang yang diet tidak perlu khawatir akan lonjakan berat badan.
Ahli gizi, Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes, mengakui bahwa nasi shirataki dapat menjadi pilihan yang lebih sehat. Kandungan serat yang tinggi membuat seseorang merasa kenyang lebih lama.
Nasi shirataki memiliki kalori, karbohidrat, dan indeks glikemik yang lebih rendah dibanding nasi putih biasa sehingga tidak akan menimbulkan lonjakan gula darah atau merangsang produksi insulin berlebihan.
Nasi putih biasa umumnya mengandung sekitar 175 kalori per 100 gram, sedangkan nasi shirataki mengandung glukomanan, serat pangan alami, yang lebih tinggi sehingga memiliki kalori yang lebih rendah tetapi masih dapat memberikan rasa kenyang.