Saturday, September 21, 2024
HomeBeritaPetani di Banyuwangi Menolak Menjual Gabah-Beras ke Bulog Karena HPP Terlalu Rendah

Petani di Banyuwangi Menolak Menjual Gabah-Beras ke Bulog Karena HPP Terlalu Rendah

Petani di Banyuwangi melaksanakan panen padi. (Foto: Dok. Suara Indonesia)

SUARA INDONESIA, BANYUWANGI – Penyerapan gabah dan beras di tingkat petani oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) Banyuwangi, Jawa Timur tampaknya kurang maksimal.

Pimpinan Cabang Bulog Banyuwangi, Harisun mengatakan bahwa sepanjang 2023 pihaknya hanya bisa menyerap 11 persen dari target yang ditetapkan.

“Targetnya itu 50 ribu ton, kita baru menyerap hampir 6 ribu ton sepanjang tahun ini,” kata Harisun kepada wartawan, Jumat (22/12/2023).

Penyebabnya adalah harga pembelian pemerintah (HPP) yang seringkali di bawah harga pasar, membuat petani enggan menjual berasnya ke Bulog.

Harisun contohkan, HPP beras medium di gudang Bulog dengan harga Rp 9.950 per kilogramnya. Padahal dengan spek dan kualitas yang sama, di pasaran bisa mencapai Rp 12 ribu per kilogram.

Akhirnya baik petani maupun mitra Bulog lebih memilih menjual ke pasar untuk mendapatkan keuntungan lebih.

“Jadi jujur saja, sampai hari ini penyerapan yang dilakukan oleh bulog itu minim. Karena, mungkin HPP yang ditawarkan pemerintah tidak begitu menarik bagi mereka,” sambungnya.

Begitu pula dengan gabah, HPP gabah kering panen (GKP) di tingkat petani berada di harga Rp 5.000/kg, gabah kering panen (GKP) di tingkat penggilingan Rp 5.100/kg.

Kemudian gabah kering giling (GKG) di penggilingan HPP nya Rp 6.200/kg, sementara gabah kering giling (GKG) di gudang BULOG Rp 6.300/kg.

“Sedangkan di pasaran harga bisa di atas itu. Sehingga, teman-teman petani cenderung menjual ke pasar, karena selisihnya lebih banyak,” ujarnya.

Bulog Banyuwangi memberikan peluang kepada petani maupun mitra untuk menjual hasil pertanian lokal ke Bulog.

Secara keseluruhan, kata Harisun, stok beras di gudang Bulog masih melimpah dan aman sampai satu tahun ke depan.

“Untuk keperluan Natal dan Lebaran ke depan masih aman. Karena stok beras di kami lebih 13 ribu ton. Beras ini tidak hanya serapan dari petani, melainkan juga terdapat beras impor,” pungkasnya. (*)

RELATED ARTICLES

Berita populer