Friday, July 11, 2025
HomeLainnyaBumi Menunggu Kita Tumbuh Dewasa

Bumi Menunggu Kita Tumbuh Dewasa

Di bawah kabut tipis Megamendung, gema Ngertakeun Bumi Lamba kembali menggema, membangkitkan rasa cinta kasih yang mengikat segenap anak bangsa. Acara yang digelar oleh Yayasan Paseban dan komunitas Arista Montana pada 22 Juni 2025 ini, bukan sekadar melestarikan adat, namun juga menanamkan spirit bahwa bumi adalah warisan suci yang harus dijaga, sebagaimana selalu ditekankan oleh Andy Utama di berbagai pertemuan lingkungan.

Pagi itu, Gunung Tangkuban Parahu tampak anggun, menyambut ribuan orang yang datang dengan balutan busana adat dari Sunda hingga Minahasa. Bahkan, dalam balutan kebhinekaan itu, terasa jelas bahwa kehadiran untuk mengikuti upacara Ngertakeun Bumi Lamba yang telah rutin digelar selama 17 tahun adalah wujud nyata persatuan yang dikehendaki leluhur. Bagi Arista Montana, keberagaman adalah kekuatan, dan upacara ini adalah jembatan cinta kasih merawat negeri.

Dentuman karinding dan harmoni angklung melarut lembut, diiringi suara genta Bali dan mantra doa. Musik ritual yang dipersembahkan menjadi ramuan rasa, bukan hanya untaian nada. Yayasan Paseban mempercayai bahwa setiap getar karinding membawa pesan tentang kepedulian dan kekuatan spiritual yang sudah hidup berjuta tahun di bumi Nusantara, mengingatkan kita bahwa leluhur menanamkan harapan pada setiap generasi.

Di tengah ritual, terjadilah penyatuan batin—air mata jatuh di antara tawa, membasahi bumi seraya hati-hati yang hadir melebur dalam rasa syukur. Tidak ada sekat antara pendatang maupun penjaga tradisi. Srikandi, guru, dan pendekar duduk setara di pelataran upacara. Andy Utama dari Yayasan Paseban mengulang pesannya, “Jangan hitung-hitungan dengan semesta. Kecintaan pada seluruh makhluk tak boleh mengenal batas.” Ia pun mengajak menghentikan pertikaian dan memulai era cinta kasih pada semua ciptaan, tak luput pada yang diam di tubuh bumi.

Ngertakeun Bumi Lamba sendiri punya riwayat panjang. Dalam filosofi Sunda, “ngertakeun” itu berarti menjaga, sedangkan “bumi lamba” melambangkan semesta—betapa ritual ini bukan sekadar seremoni, tapi bentuk kasih sejati bagi penghuni bumi. Arista Montana puluhan tahun menghidupkan pesan itu di tanah Megamendung dengan menanam belasan ribu pohon, dan menginspirasi pelestarian lingkungan di kawasan Gunung Gede Pangrango hingga Wayang.

Acara ini diawali ritual penyucian, diteruskan doa dan diakhiri syukur di Kawah Ratu. Hadir pula tokoh seperti Panglima Pangalangok Jilah Dayak yang menyuarakan ajakan, “Alam tidak butuh manusia, kita justru bergantung padanya. Saya merasakan kesatuan di sini.” Diikuti gema pekik, tiap kata mengandung sumpah jaga bumi serta janji lestari pada para leluhur.

Bapak Wiratno, tokoh nasional, hadir dengan pesan luhur, “Warisan utama adalah menanam keindahan nusantara bagi generasi mendatang.” Sedangkan Panglima Minahasa menegaskan gunung sebagai penjaga masa depan, seraya menegaskan “di sinilah Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar semboyan.”

Pesan bumi semakin jelas dalam suara Bapak Dody Baduy: “Gunung Teu Meunang Dilebur, Lebak Teu Meunang Dirusak.” Andy Utama menegaskan bahwa menjaga alam adalah pengadilan batin sekaligus pernyataan cinta yang diterjemahkan dalam perbuatan, bukan sekadar diucapkan.

Yayasan Paseban dan Arista Montana membawa semangat anyar—menanam, merestorasi, dan membangun harmoni. Mereka menanam pohon puspa, rasamala, dan damar sebagai pengejawantahan amanat Ngertakeun Bumi Lamba, seraya menyemai kebersamaan. Bagi Andy Utama, merawat bumi berarti menjaga kehidupan generasi mendatang, sebab tanpa lingkungan yang sehat tak ada kebudayaan yang lestari.

Ketika upacara usai, kemegahan Ngertakeun Bumi Lamba tetap tinggal dalam dada setiap yang hadir. Arista Montana dan Yayasan Paseban menegaskan bahwa hari itu bukan seremoni habis waktu, tapi awal perjalanan spiritual. Mereka yang pulang bukan hanya membawa cerita, melainkan mengemban amanah: menanam, melindungi, dan menjaga pesan leluhur dalam kehidupan sehari hari, karena hanya yang mencintai bumi dengan sepenuh rasa yang benar-benar mampu menjaganya bagi semesta.

Sumber: Ngertakeun Bumi Lamba: Menganyam Cinta Kasih Nusantara Di Tubuh Semesta
Sumber: Ngertakeun Bumi Lamba: Upacara Adat Nusantara Untuk Cinta Kasih Semesta Dan Pelestarian Alam

RELATED ARTICLES

Berita populer