Data Susenas BPS menunjukkan adanya 4,2 Juta Anak Tidak Sekolah (ATS) usia 6 – 18 tahun dalam beberapa tahun terakhir. Dari jumlah tersebut, 0,5 juta anak tidak pernah sekolah, 0,5 juta anak putus sekolah, dan 3,2 juta anak sudah tidak bersekolah sebelumnya. Faktor penyebab ATS antara lain adalah kondisi ekonomi, sosial budaya, keterbatasan akses dan layanan pendidikan, kekerasan, keberhadapan dengan hukum, perkawinan anak, disabilitas, kecanduan teknologi, korban narkoba, kebijakan pengeluarkan dari sekolah, dan faktor lainnya.
Terkait hal ini, pengawasan KPAI menunjukkan bahwa Pemerintah baik Pusat maupun Daerah belum memiliki strategi yang tepat untuk menangani masalah anak tidak sekolah, terutama dalam faktor non ekonomi. Aris menyatakan bahwa faktor seperti anak korban kekerasan atau kecanduan game tidak bisa diselesaikan hanya dengan memberikan bantuan keuangan, melainkan juga perlu perawatan psikologis agar mereka bisa kembali ke sekolah.
Hal serupa juga berlaku untuk anak yang sedang dalam pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak (LPKA) atau anak korban narkoba yang sedang menjalani penyembuhan di Loka Rehabilitasi BNN. Diperlukan pendekatan pendidikan yang sesuai dengan kondisi mereka, seperti menghadirkan satuan pendidikan di dalam lembaga tersebut. Kondisi ini menunjukkan perlunya pendekatan yang holistik dalam menangani masalah anak tidak sekolah untuk menciptakan solusi yang efektif.