Dedikasi Seorang Ayah: Kisah Inspiratif Nasaruddin Umar
Sebagian besar orang mungkin percaya bahwa sebuah profesi yang bergaji tinggi adalah kunci kesuksesan. Namun, bagi ayah Nasaruddin, dunia pendidikan adalah panggilan hati yang tidak bisa diukur dengan uang. Meskipun menghadapi keterbatasan ekonomi, ia memilih untuk menekankan pentingnya ilmu dan semangat pantang menyerah kepada anak-anaknya.
Ayah Nasaruddin, yang bernama Andi Muhammad Umar, tidak pernah kehilangan semangat sebagai seorang pendidik. Meskipun harus merantau ke Surabaya dan bekerja sebagai buruh pelabuhan, ia tetap mendedikasikan dirinya untuk dunia pendidikan. Keputusannya untuk kembali ke kampung halaman demi mengisi kekosongan guru bukanlah hal yang mudah, namun itu adalah bukti nyata dari dedikasi dan tanggung jawabnya.
Semangat dan wejangan ayahnya tercermin dalam kata-kata yang terus terngiang dalam benak Nasaruddin: “Jangan balas dendam secara fisik. Kalau ingin membalas, balaslah dengan menempuh pendidikan, bersekolah.” Nasaruddin tumbuh dengan prinsip ini sebagai cambuk untuk terus berprestasi, memiliki keyakinan bahwa pendidikan adalah kunci utama untuk meraih lebih banyak dalam hidup.
Selain itu, ayah Nasaruddin juga bukanlah orang biasa. Sebagai salah satu perintis Gerakan Pemuda Ansor di Sulawesi Selatan, semangat nasionalisme yang kuat dalam dirinya turut membentuk kecintaan Nasaruddin pada Tanah Air. Dari beliau, Nasaruddin belajar betapa pentingnya rasa cinta dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara.
Kisah inspiratif dari dedikasi seorang ayah, dalam menanamkan nilai-nilai penting kepada anak-anaknya, membuktikan bahwa nilai sejati tidak selalu terukur dari materi. Ayah Nasaruddin adalah contoh nyata dari bagaimana kegigihan, semangat dan tanggung jawab mampu membentuk pribadi yang memiliki visi dan misi yang kuat, serta cinta tanah air yang mendalam.