Pada pekan ini, Jakarta tengah menyaksikan perubahan paradigma masyarakat dalam menyimpan aset berharga. Kebiasaan tradisional menyimpan emas di rumah telah bergeser menuju opsi menjadi nasabah bank emas. Transisi ini memberikan dampak signifikan terhadap progres negara, terutama dalam pengelolaan cadangan emas yang optimal untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan mendukung kemandirian bangsa.
Menurut wawancara dengan Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Prita Laura, layanan bank emas pertama di Indonesia yang dioperasikan oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dan PT Pegadaian disambut dengan gembira. Bank emas dianggap mampu memberikan beragam manfaat bagi negara, seperti menyediakan platform aman bagi investor untuk melakukan transaksi emas tanpa perlu menyimpan fisik emas secara langsung, serta berkontribusi dalam stabilisasi ekonomi dan menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Selain itu, langkah ini juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan diversifikasi investasi dengan lebih mudah mengakses emas sebagai instrumen investasi. Hal ini juga membuka peluang pengembangan bagi industri dalam negeri. Dengan manajemen yang lebih efektif, Indonesia dapat memanfaatkan emas sebagai bagian dari cadangan devisa nasional.
Presiden Prabowo Subianto, dalam rangka meresmikan bank emas yang dikelola oleh BSI dan Pegadaian, menyuarakan harapannya agar masyarakat dapat memanfaatkan semua layanan yang disediakan. Sebagai instrumen investasi yang menjanjikan, emas terus menunjukkan peningkatan nilai, sehingga menyimpan simpanan emas di bank emas menjadi pilihan yang sukses bagi masyarakat. Berada dalam kerangka Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 17 Tahun 2024, bullion bank memberikan jaminan keamanan dalam penyimpanan emas bagi masyarakat, berbeda dengan risiko menyimpan emas di rumah.