Berdasarkan laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per tanggal 1 Februari 2025, kondisi kesehatan di Gaza sangat memprihatinkan. Hanya separuh dari total 36 rumah sakit dan 11 rumah sakit lapangan yang masih dapat beroperasi, sedangkan kurang dari 40% pusat kesehatan utama masih mampu berfungsi dengan baik.
WHO juga mencatat adanya 670 serangan terhadap pasien, petugas kesehatan, fasilitas kesehatan, ambulans, dan layanan kesehatan lainnya di Gaza. Serangan tersebut telah merusak infrastruktur kesehatan dan menyebabkan gangguan pada pelayanan kesehatan penduduk setempat.
Selain itu, dampak serangan tersebut juga berdampak pada kondisi sanitasi yang buruk di Gaza. Dengan tempat penampungan yang padat, warga menjadi rentan terhadap penyakit menular seperti demam tifoid, kudis, cacar air, hepatitis A, infeksi pernapasan, infeksi kulit, penyakit diare, dan polio. Pada tahun 2024, kasus polio bahkan muncul kembali setelah lebih dari 25 tahun karena cakupan vaksinasi di Gaza menurun di bawah 90%.
Tak hanya masalah fisik, Gaza juga dihadapkan pada masalah kesehatan mental yang serius. Stres akibat konflik, gizi buruk, kekerasan, pembatasan pergerakan, kurungan, dan tingginya tingkat pengangguran turut memicu masalah kesehatan mental yang meningkat di Gaza.
Situasi ini menuntut tanggapan cepat dan bantuan yang memadai untuk mendukung pemulihan kesehatan dan kesejahteraan penduduk Gaza. Pelbagai upaya perlindungan kesehatan dan pemberian bantuan kemanusiaan perlu dilakukan untuk membantu mengatasi kondisi yang mencekam di wilayah tersebut.