Anak-anak di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) membutuhkan makanan bergizi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Namun, sebagian keluarga di daerah tersebut, terutama yang tinggal jauh dari jalan raya, cenderung memberikan makanan yang kurang mengandung gizi untuk anak-anak mereka. Menurut pantauan Area Program Manager Klaster Flores Tengah Wahana Visi Indonesia (WVI), Abner R. Sembong, kebanyakan orangtua hanya menyajikan nasi dan sayuran dalam menu harian anak-anak mereka. Protein yang cukup seringkali hanya bisa diperoleh oleh anak-anak yang tinggal dekat jalan raya, sementara anak-anak yang tinggal di daerah terpencil cenderung kekurangan asupan tersebut.
Dengan latar belakang ini, Abner memulai program “satu anak satu telur per hari” sebagai upaya pencegahan stunting sejak dini, terutama pada anak-anak yang mengalami berat badan kurang. Program ini melibatkan kader posyandu untuk terus memantau kondisi anak-anak, dan jika ditemukan anak dengan berat badan kurang, mereka akan segera diintervensi dengan pemberian telur setiap hari. Perkembangan anak-anak ini kemudian dipantau secara berkala untuk memastikan mereka mendapatkan asupan gizi yang cukup dan dapat tumbuh dengan baik.
Menurut Abe, kondisi anak-anak dengan berat badan kurang yang tidak mendapatkan intervensi dapat berpotensi mengalami stunting, sehingga penting untuk melakukan tindakan preventif sejak dini. Dengan program “satu anak satu telur per hari”, diharapkan status gizi anak-anak di Ende dapat ditingkatkan dan mereka dapat tumbuh sehat dan berkembang dengan baik.