Pj Bupati Cilacap Mohamad Arief Irwanto saat melakukan panen raya bawang merah bersama Dinas Pertanian di Desa Karanganyar, Kecamatan Adipala. (Foto: Galih/Suara Indonesia)
SUARA INDONESIA, CILACAP – Masyarakat petani di Desa Karanganyar, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap saat ini sedang membudidaya Bawang merah True Shallot Seed (TTS).
Adapun TSS tersebut merupakan biji botani bawang merah yang merupakan inovasi Balitbangtan BPTP Sumut dan terobosan teknologi perbenihan yang dapat mengatasi keterbatasan benih bawang merah dan menjadi alternatif untuk mendapatkan benih berkualitas.
Melihat potensi tersebut, Pemkab Cilacap akan berupaya meningkatkan produksi bawang merah TSS, yakni dengan mengembangkan bibit TSS di beberapa tempat.
“Nanti akan kita kembangkan yang sudah ada di sini (Adipala), kemudian di Maos, Kroya, Majenang, Cipari, Wanareja, dan Cimanggu. Tetapi rencana semua wilayah akan kita coba,” ujar Kepala Dinas Pertanian Cilacap Susilan usai melakukan panen raya bawang merah TSS (True Shallot Seed) bersama Pj Bupati Cilacap di Desa Karanganyar, Kecamatan Adipala, Rabu (25/9/2024).
Di Kecamatan Adipala, budidaya bawang merah jenis TSS ini telah dikembangkan selama sekitar 3 tahun terakhir. Adapun keunggulan bawang merah TTS tersebut antara lain, biaya produksi lebih murah karena benih yang digunakan lebih sedikit (2-3 kg/ha) dibandingkan umbi (1-1,5 ton/ha).
“Untuk benihnya hanya sekitar 12 juta, dan harga bawang merah sekarang sudah Rp 17 ribu per kilonya. Itung-itungannya biaya produksi sekitar Rp 70 juta, kalau 1 hektar bisa panen 20-25 ton, otomatis sudah ketemu Rp 300 juta,” ungkap Susilan.
Selain memiliki beberapa keunggulan dan menguntungkan, bawang merah TSS juga dinilai lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Disamping itu, petani tidak sulit untuk mendapatkan benih karena selalu tersedia.
“Terkait panen, nanti petani mendapatkan hasil yang cukup membanggakan. Untuk kualitasnya kita lihat sendiri baik, kondisi fisik bawang merah ini tebal-tebal,” kata Susilan.
“Sehingga lebih lama dan tidak perlu buru-buru dipanen karena tidak roboh, kalau roboh itu kan mudah busuk tapi kalau dengan ini nanti kita melihat kondisi di harganya lagi naik apa nggak, kalau harganya lagi turun bisa diundur sedikit waktunya untuk menyesuaikan harga,” tandasnya.
Pj. Bupati Cilacap Mohamad Arief Irwanto mengapresiasi hasil panen petani yang didukung bantuan dari berbagai pihak dalam hal penyediaan benih dan percepatan pengolahan lahan.
“Hasilnya bagus, merah besar. Ini bibitnya dari Belanda. Dalam 1 hektar bisa mencapai 25 ton, kalau yang Bombay 60 ton. Mudah-mudahan hasilnya bisa untuk menambah pendapatan masyarakat,” ujar Arief.
“Dari Bank Indonesia dan Dinas Pertanian memberikan bantuan traktor dan alat pompa untuk mempercepat proses mekanisasinya. Mudah-mudahan bisa mempersingkat waktu mekanisasi tanamnya dan panennya bisa hasil maksimal,” pungkasnya.
Diketahui, produksi bawang merah di Cilacap pada tahun 2022 mencapai 4.582,60 kuintal dari 50,20 hektar lahan. Sementara di tahun 2023, produksinya meningkat 9.511,20 kuintal dengan luas panen 113,53 hektar.
Sedangkan untuk kebutuhan konsumsi bawang merah di Cilacap pada tahun 2022 adalah 56.178,57 kuintal dan pada tahun 2023 sebesar 56.916,57 kuintal. Sehingga dari data tersebut, produksi bawang merah hanya mampu memenuhi 8,15 persen kebutuhan pada tahun 2022 dan 16,71 persen pada tahun 2023.
Atas dasar itu, Pemkab Cilacap berupaya meningkatkan produksi bawang merah, salah satunya dengan mengembangkan bibit bawang merah jenis TSS. Langkah itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bawang merah di Kabupaten Cilacap. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Satria Galih Saputra |
Editor | : Mahrus Sholih |