Thursday, September 19, 2024
HomeKesehatanTuberkulosis Masih Jadi Ancaman Serius, Kenali Lebih Jauh Mulai dari Sejarah hingga...

Tuberkulosis Masih Jadi Ancaman Serius, Kenali Lebih Jauh Mulai dari Sejarah hingga Pencegahannya

Liputan6.com, Jakarta – Tuberkulosis atau TB masih menjadi ancaman serius meski sudah ada kemajuan dalam upaya pengendaliannya. TB masih dinilai sebagai ancaman serius terutama dengan munculnya jenis yang resisten terhadap obat-obatan (MDR-TB). Menurut epidemiolog sekaligus ahli kesehatan global Dicky Budiman, di Indonesia, TB menjadi salah satu prioritas kesehatan utama, mengingat tingginya jumlah kasus yang terus meningkat setiap tahunnya. Pada semester pertama tahun 2024, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat 30.000 kasus TB baru di Jakarta selama enam bulan pertama. Angka ini mencerminkan beban besar yang dihadapi Indonesia dalam pengendalian penyakit ini.

Bagaimana Sejarah TB di Indonesia?
Dicky memaparkan, penyakit TB pertama kali tercatat di Indonesia pada masa kolonial. Pada saat itu, TB dikenal sebagai penyakit yang sangat mematikan. Terutama di kalangan orang miskin dan padat penduduk. Pada era kemerdekaan, pemerintah Indonesia mulai melakukan upaya pengendalian TB secara lebih serius dengan pembentukan Program Nasional Pengendalian TB (NTP). Program ini bertujuan meningkatkan deteksi dini, pengobatan yang tepat, serta pencegahan penularan melalui edukasi kesehatan masyarakat.

Bagaimana Sebaran TB di Dunia, ASEAN, dan Indonesia?
Secara global, TB merupakan salah satu penyakit menular paling mematikan. Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada 2021, TB menginfeksi sekitar 10,6 juta orang dan menyebabkan hampir 1,6 juta kematian. Sejak 2022, negara dengan beban kasus tertinggi infeksi TB di dunia adalah India dan Indonesia. Di ASEAN, Indonesia menempati peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus TB terbanyak. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat lebih dari satu juta kasus TB setiap tahun. Penyebaran TB meliputi semua kelompok umur, tapi sebagian besar terjadi pada orang dewasa produktif. “Selain itu, angka resistensi terhadap obat (MDR-TB) juga meningkat, menambah kompleksitas pengendalian penyakit ini,” kata Dicky dalam keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, Kamis (12/9/2024).

Source link

RELATED ARTICLES

Berita populer