Thursday, September 19, 2024
HomeprabowoKEPEMIMPINAN PARA PEMIMPIN NASIONAL INDONESIA

KEPEMIMPINAN PARA PEMIMPIN NASIONAL INDONESIA [TEUKU UMAR]

Ditulis oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I]

Ada banyak contoh dalam sejarah bangsa kita di mana musuh melampaui kita dalam hal kekuatan, senjata, dan pengalaman. Namun, karena sikap yang tepat, karena kebaikan pemimpin kita, jujur, patriotik, cerdas, rajin, dan tidak akan pernah tunduk pada dominasi bangsa asing, kita berhasil mengatasi segala kemungkinan.

Salah satu cerita kepemimpinan paling cerdas dalam periode kolonial Nusantara berasal dari kisah kepemimpinan Teuku Umar. Sebagai anggota tentara Belanda, dia berhasil mengecoh Belanda dua kali dengan ‘perang semu’ dan memperkuat gerakan perlawanan Aceh terhadap para penjajah.

Sepanjang sejarah, telah terbukti berulang kali bahwa kunci kejayaan suatu bangsa adalah kepemimpinan. Ketika saya berada di angkatan bersenjata, saya belajar sebuah pepatah yang relevan untuk setiap prajurit di berbagai periode: ‘tidak ada prajurit buruk, hanya komandan buruk’.

Saya belajar pepatah lain sebagai seorang perwira muda: ‘seribu kambing yang dipimpin oleh harimau akan mengaum, tetapi seribu harimau yang dipimpin oleh kambing akan melengking’.

Salah satu cerita kepemimpinan paling cerdas dalam periode kolonial Nusantara adalah kisah Teuku Umar. Teuku Umar lahir di Meulaboh, Aceh Barat pada tahun 1854. Sejak kecil, Teuku Umar dikenal sebagai anak yang cerdas dan berani. Dia juga teguh dan gigih menghadapi kesulitan.

Teuku Umar berusia 19 tahun ketika dia pertama kali mengangkat senjata dan melawan Belanda pada awal agresi Belanda pertama pada tahun 1873. Ketika dia berusia 29 tahun, dia berpura-pura menjadi kolaborator Belanda dan masuk ke dalam layanan militer Belanda. Dia disambut secara pribadi oleh Gubernur Van Teijn, yang bermaksud menggunakan Teuku Umar sebagai ‘agen’ untuk mendapatkan simpati Aceh.

Teuku Umar membuktikan keberhasilannya kepada Belanda dengan menghancurkan pos pertahanan Aceh. Sebagai hasilnya, dia diberikan peran yang lebih besar dalam memimpin 17 komandan dan 120 tentara, termasuk seorang Laksamana.

Perlawanan Teuku Umar terhadap Belanda dimulai ketika kapal Inggris “Nicero” kandas pada tahun 1884. Kapten dan kru ditawan oleh Raja Teunom, yang menuntut tebusan tunai. Pemerintah Kolonial Belanda mengamanatkan Teuku Umar untuk merebut kembali kapal tersebut. Namun, dia menuntut agar diberikan banyak peralatan dan senjata. Belanda mengabulkan permintaannya.

Kemudian, Belanda terkejut oleh berita bahwa para prajurit mereka yang bergabung dengan Teuku Umar semuanya tewas di tengah laut. Teuku Umar mengambil semua senjata dan peralatan. Teuku Umar menyalahkan Aceh terhadap mereka, membuat Belanda marah.

Perang yang berkepanjangan antara Aceh dan Belanda memaksa Teuku Umar untuk menyusun strategi baru, menggunakan trik lama yang sudah dikuasainya. Sebagai seorang ahli tipu daya sejati, sepuluh tahun kemudian, dia menyerahkan dirinya kepada Belanda lagi. Dia melakukannya dengan mengadakan ‘pertempuran semu’ dan mengerahkan pasukan untuk mengirim pesan rahasia. Belanda, terkesan, memberinya gelar ‘Teuku Johan Jenderal Utama-Pahlawan Belanda’. Tiga tahun kemudian, seperti yang terbayangkan, Teuku Umar mengkhianati Belanda untuk kedua kalinya. Dia mengambil pasukannya dan 800 senjata, 25.000 peluru, 500 kg amunisi, dan $18.000 di uang tunai.

Setelah bertahun-tahun berperang melawan Belanda, Teuku Umar terpojok ketika dia tiba di pinggiran Kota Meulaboh. Tentara Belanda mengetahui lokasinya; Teuku Umar dan para pengikutnya ditembaki. Dia dan pengikutnya memilih untuk langsung melawan Belanda dan bertempur sampai akhir. Sebuah peluru musuh menembus dadanya. Teuku Umar mati sebagai seorang pahlawan.

Source link

RELATED ARTICLES

Berita populer