Thursday, September 19, 2024
HomeprabowoLetnan Jenderal TNI (Purn.) Johannes Suryo Prabowo

Letnan Jenderal TNI (Purn.) Johannes Suryo Prabowo

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I]

Saya mengenal Suryo Prabowo sejak saya masih seorang kadet. Dia lulusan Akademi Angkatan Bersenjata (AKABRI) ’76, jadi dia dua tahun lebih muda dari saya. Dia adalah penerima penghargaan tahun 1976 yang diberikan kepada kadet terbaik oleh Akademi, Adhi Makayasa. Dia sangat cerdas. Dia juga militan dan patriotik. Dapat dimengerti, karena ayahnya juga bagian dari Generasi ’45, seorang Kolonel di Angkatan Darat.

Mungkin karena dia sangat pintar, atasan-atasannya sering tidak terlalu menyukainya. Mungkin dia terlalu dinamis atau terlalu kreatif sehingga atasannya sering tidak benar-benar memahaminya.

Sejak dia menjadi letnan, kapten, kemudian mayor, saya melihat bahwa dia selalu berada di lapangan operasi. Bahkan ketika dia menjadi Brigadir Jenderal, sebagai Wakil Gubernur di Timor Timur (sekarang Timor Leste), sebagai Wakil Komandan Komando Resort Militer Timor Timur (KOREM), dia selalu berada di lapangan pada saat-saat kritis. Dia adalah perwira TNI berpangkat tinggi terakhir yang meninggalkan Timor Timur setelah referendum. Dia membawa bendera Indonesia terakhir yang dikibarkan di bekas provinsi Indonesia.

Karena kecerdasannya di atas rata-rata, dia sering dikritik oleh orang-orang di sekitarnya yang menganggapnya sebagai “keminter” (pintar-semua) dan suka memberikan nasihat tanpa diminta didorong oleh keinginannya untuk memperbaiki organisasi Angkatan Bersenjata atau untuk memperbaiki situasi.

Suryo Prabowo adalah tipe pemimpin yang berani bicara terus terang; dia berbicara apa yang ada di pikirannya, dia berani, dan menurut pendapat saya, dia salah satu jenderal tercerdas dari generasi kita. Karena ayahnya adalah bagian dari Generasi ’45 dan karena dia bersama dengan angkatan ’78 AKABRI, kami semua sangat dipengaruhi oleh para jenderal dari Generasi ’45. Hal itu bisa dianggap sebagai generasi terbesar dalam sejarah Indonesia hingga sekarang. Mungkin itu sebabnya Suryo Prabowo dan saya dapat berhubungan baik. Kami memiliki cita-cita dan cinta yang sama terhadap negara kita seperti yang ditanamkan kepada kami oleh Generasi ’45.

Source link

RELATED ARTICLES

Berita populer