Selama proses terapi pada pelaku KDRT, seorang psikolog akan melakukan skrining pada tahap pertama. “Saya biasanya menggunakan alat-alat biopsikologis untuk mengecek seberapa parah kondisi mentalnya saat ini,” jelas Efnie.
Selanjutnya, psikolog akan melacak penyebab lain dari perilaku kekerasan dalam rumah tangga seseorang. Hal ini dimulai dari faktor lingkungan, contohnya ketika seseorang sejak kecil terpapar lingkungan yang penuh dengan kekerasan.
Selain itu, pemeriksaan tubuh juga diperlukan. Kadang-kadang, gangguan fisik pada seseorang dapat memicu reaksi emosional. “Pada kasus yang ekstrem, seperti adanya tumor di otak atau gangguan biologis lainnya, dapat memicu perilaku tersebut. Oleh karena itu, kita juga perlu memeriksa kondisi biologisnya,” ungkap Efnie.
Psikolog juga akan mengecek pola makan dan gaya hidup sehari-hari pasien. “Semua harus diidentifikasi secara detail, dimana letak gangguannya. Semua harus diselesaikan secara bertahap,” tambahnya.
Terkait dengan durasi terapi regulasi emosi, Efnie menyatakan bahwa membutuhkan waktu yang cukup panjang. “Ini adalah proses yang memerlukan waktu yang lama,” tegasnya.