Jumat, 9 Agustus 2024 – 04:06 WIB
Semarang, VIVA – Siapa yang tidak mengenal Lawang Sewu? Bangunan ikonik di Kota Semarang, Jawa Tengah, yang memiliki nilai sejarah Indonesia. Pada era 2000-an, Lawang Sewu menjadi tempat wisata populer karena “kisah mistis” yang ditayangkan dalam acara televisi berbau misteri.
Baca Juga :
Mau Wisata ke Kota Lama dan Lawang Sewu Semarang? Naik Kereta Cuma Rp10 Ribu
Kepopuleran Lawang Sewu terus meningkat setelah tayang di acara tersebut. Bahkan, pada tahun 2007, Lawang Sewu diadaptasi menjadi sebuah film horor yang berjudul ‘Lawang Sewu: Dendam Kuntilanak’. Bagaimana kabarnya saat ini? Scroll untuk membaca cerita lebih lengkap, yuk!
Setelah dua dekade berlalu, kesan horor dan mistis Lawang Sewu kini tampaknya berubah. Saat ini, Gedung Lawang Sewu sudah dimiliki dan dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Baca Juga :
Explore Indonesian Historical Buildings with Mystical Story
Guide Tur Lawang Sewu, Mochtar, mengatakan bahwa setelah dikelola oleh KAI, Lawang Sewu telah “dipercantik” sehingga menarik lebih banyak wisatawan. Mulai dari penerangan lampu yang menyinari bangunan, hingga pemanfaatan taman sebagai tempat berdagang UMKM dan ada musik live.
“Bangunan ini merupakan kantor pusat kereta api, bukan stasiun, bukan tempat penyiksaan seperti yang didengar orang-orang,” kata Mochtar saat ditemui di Lawang Sewu, Semarang, Jawa Tengah, baru-baru ini.
Baca Juga :
5 Bangunan Bersejarah di Indonesia yang Terkenal dengan Kisah Mistis
Ya, Lawang Sewu yang memiliki arti “seribu pintu” adalah kantor pusat Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Kini, bangunan tersebut telah dijadikan museum dan galeri sejarah perkeretaapian oleh Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur dan dioperasikan oleh KAI Wisata, anak perusahaan KAI yang bergerak di bidang pariwisata.
“Alasan mengapa kantor pusat kereta api didirikan di Semarang adalah karena Semarang merupakan kota pertama di Indonesia yang membuat rel kereta api pada tahun 1864, dan awal mula jalur kereta api itu berasal dari Semarang,” ujar Mochtar dalam acara Media Gathering LRT Jabodebek di Semarang.
Dia juga menjelaskan asal usul nama ‘Lawang Sewu’ yang membuat bangunan tersebut populer dan terkait dengan nuansa horor. “Disebut Lawang Sewu karena pintunya banyak. Orang Jawa jika menyebut banyak, mereka bilang ‘sewu’. Namun setelah dihitung, pintunya hanya ada 928,” jelasnya.
Dia menyatakan bahwa bangunan tersebut memiliki banyak pintu untuk sirkulasi udara yang baik. “Dulu gedung ini tidak dilengkapi AC atau kipas angin, namun Semarang panas, jadi pintu-pintu inilah yang membuat suasana lebih adem,” kata Mochtar.
Perbedaan lainnya dari masa lalu hingga sekarang adalah bahwa bagian basement sekarang tidak boleh lagi dikunjungi oleh turis. Sebagaimana diketahui, basement atau “ruang bawah tanah” Lawang Sewu ini terkenal karena merupakan lokasi pemotretan acara mistis televisi, Dunia Lain.
“Basement ini didesain oleh Belanda untuk menampung air, karena Semarang sering banjir, jadi dulu dibuat basement sebagai antisipasi saat terjadi banjir, airnya akan mengalir ke bawah, dan air di bawah ini juga berfungsi sebagai pelembab dan pendingin gedung,” katanya.
Menurutnya, basement terakhir kali dikunjungi pada tahun 2016. “Basement ditutup bukan karena hal mistis, melainkan karena ada orang yang masuk dan pingsan karena sesak nafas. Basement ini sebenarnya tidak didesain untuk dikunjungi oleh orang, dan alasan orang masuk dulu karena penasaran.”
Halaman Selanjutnya
“Alasan mengapa kantor pusat kereta api didirikan di Semarang adalah karena Semarang merupakan kota pertama di Indonesia yang membuat rel kereta api pada tahun 1864, dan awal mula jalur kereta api itu berasal dari Semarang,” ujar Mochtar dalam acara Media Gathering LRT Jabodebek di Semarang.