Hubungan cinta dan benci, atau yang dikenal sebagai love hate relationship, terjadi antara orang-orang yang sering mengalami pasang surut dalam hubungan mereka. Hubungan ini ditandai oleh fluktuasi emosi yang tajam, membuat dinamika hubungan terasa tidak stabil atau seimbang.
Menurut Betsy Chung, seorang psikolog klinis berlisensi dan pakar hubungan berbasis di Newport Beach, California, hubungan ini tidak pernah stabil atau seimbang dan dapat terjadi antara dua orang yang berpacaran, teman, keluarga, atau rekan kerja.
Meskipun kedengarannya kurang sehat, Kate Balestrieri, seorang psikolog berlisensi dan terapis seks bersertifikat, mengatakan bahwa love-hate relationship tidak selalu bermasalah. Selama kedua belah pihak mampu mengomunikasikan keinginan dan kebutuhan mereka secara efektif, hubungan ini tidak selalu berakhir buruk.
Love-hate relationship adalah ketika dua orang memiliki fluktuasi yang bervariasi dalam perasaan mereka terhadap satu sama lain. Perasaan cinta dan benci dapat bergantian secara intens dalam hubungan, menciptakan dinamika yang kompleks.
Tanda-tanda love-hate relationship yang perlu dikenali, seperti dilansir dari Women’s Health pada Rabu, 26 Juni 2024, antara lain sering putus nyambung. Love-hate relationship sering kali digambarkan sebagai pasangan yang terus-menerus berada dalam siklus putus dan berbaikan. Mereka bisa mengalami kebahagiaan yang mendalam, tetapi juga menghadapi konflik yang tajam.
Jika ada yang tidak beres, mereka mungkin akan putus satu sama lain, dan bahkan menggunakan perpisahan sebagai ancaman. Mereka mungkin memutuskan pasangan untuk melihat apakah dia benar-benar peduli, dan emosi seperti inilah yang sering kali memicu siklus putus dan berbaikan.