Liputan6.com, Jakarta – Pada Hari Raya Idul Adha 1445 Hijriyah, banyak umat Islam yang melaksanakan ibadah kurban.
Dalam perspektif Al-Quran, ibadah kurban adalah manifestasi rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah secara melimpah (a’thaina al-kautsar) kepada hamba-hamba-Nya.
Ibadah kurban bukan hanya ritual semata, tetapi dilihat dari sejarahnya, ibadah ini tidak dapat dilepaskan dari kehidupan umat Islam. Terkait hal ini, Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD), Rosihon Anwar, memberikan penjelasan.
Dia menyampaikan, ibadah kurban telah dibahas dalam Al-Quran Surat al-Hajj ayat 34.
”Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban) supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).
Jika ditelusuri dari perjalanan kurban yang dilaksanakan oleh kedua anak Adam, Qabil dan Habil, di sanalah dapat ditemukan tradisi kurban bermula. Keduanya bersengketa tentang bakal calon istrinya. Sebagai penyelesaiannya, Adam menyuruh keduanya mengeluarkan kurban untuk Allah.
Kurban Qabil yang berupa hewan sangat tua ditolak-Nya, sedangkan kurban Habil berupa hasil-hasil tanaman yang baik diterima-Nya. Al-Quran merekam kisah perjalanan kurban mereka secara global pada Surat al-Maidah ayat 27:
”Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban. Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): ‘Aku pasti membunuhmu!’ Berkata Habil: ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa’.”