Surat Kabar Gala – Papua, dengan kekayaan alam dan budayanya, telah lama menjadi wilayah strategis dan penuh tantangan bagi Indonesia. Konflik dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM) merupakan salah satu isu yang memerlukan penanganan khusus, dimana pendekatan intelijen memainkan peran yang sangat penting.
Gerakan separatis OPM telah menjadi masalah bagi pemerintah Indonesia selama beberapa dekade. Konflik ini melibatkan aspek militer, sosial, ekonomi, dan budaya. Penanganan yang hanya mengandalkan kekuatan militer seringkali tidak efektif dan bisa memperburuk situasi.
Menurut peneliti kajian keamanan di Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Indonesia, Nida Rubini, intelijen memiliki peran kunci dalam memahami dan menangani konflik seperti ini. Di Papua, pendekatan intelijen yang efektif melibatkan pemahaman mendalam tentang kondisi sosial dan budaya setempat.
“Langkah awal yang dilakukan adalah dialog dengan tokoh masyarakat dan pemimpin lokal untuk memahami akar permasalahan dan aspirasi masyarakat Papua,” kata Nida pada 22 Mei 2024.
Strategi Intelijen yang Efektif
Pada tahun 2017, di tengah meningkatnya ketegangan dengan OPM, intelijen TNI mulai menerapkan pendekatan yang lebih humanis dan dialogis. Pendekatan ini tidak hanya fokus pada pengumpulan informasi, tetapi juga pada pemahaman dan penyelesaian konflik melalui cara damai dan inklusif.
“Keberhasilan besar dari strategi ini adalah penurunan signifikan kekerasan. Melalui dialog dan pendekatan kemanusiaan, banyak anggota OPM memilih untuk kembali ke NKRI. Pendekatan ini membuktikan bahwa dialog dan komunikasi efektif lebih baik daripada kekerasan,” kata Nida.
Keberhasilan intelijen dalam menangani konflik di Papua tercermin dalam beberapa pencapaian penting, seperti penurunan kekerasan. Dengan dialog dan pendekatan humanis, anggota OPM meletakkan senjata mereka dan kembali ke NKRI, mengurangi insiden kekerasan di wilayah tersebut.
Pendekatan tanpa kekerasan juga meningkatkan kepercayaan publik karena masyarakat Papua merasakan adanya perubahan positif dalam pendekatan pemerintah dan TNI, yang lebih mengedepankan kemanusiaan dan kesejahteraan mereka.
“Dampak positif lainnya adalah pembangunan yang berkelanjutan, dengan berkurangnya konflik, pemerintah dapat fokus pada pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan ekonomi di Papua, yang meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat,” jelasnya.
Nida juga menyoroti sosok Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa, yang pernah bertugas di Papua, sebagai contoh pendekatan dialogis dan humanis yang berhasil. Meskipun perannya penting, fokus utama tetap pada keberhasilan strategi intelijen yang lebih luas. Pengalaman lapangan menunjukkan bahwa prajurit TNI bisa bekerja untuk rakyat dengan penuh empati dan tanpa kekerasan.