Saturday, September 21, 2024
HomeprabowoTantangan Strategis Global: Konflik Bersenjata di Ukraina dan Palestina

Tantangan Strategis Global: Konflik Bersenjata di Ukraina dan Palestina

Oleh: Prabowo Subianto [dikutip dari buku “Transformasi Strategis Bangsa: Menuju Indonesia Emas 2045”, halaman 45, edisi softcover ke-4]

Pada tahun 2020, ketika dunia berjuang melawan pandemi COVID-19, tak seorang pun menduga bahwa perang baru bisa pecah selama krisis seperti itu.

Namun, sebelum pandemi berakhir, tepatnya pada 24 Februari 2022, konflik bersenjata besar pecah di Eropa antara Rusia dan Ukraina. Konflik ini mengganggu stabilitas harga pangan dan energi global, karena kedua negara tersebut adalah produsen penting dari komoditas penting ini.

Bersama-sama, Rusia dan Ukraina menyumbang 27% dari produksi gandum dunia. Indonesia, yang mengimpor 11 juta ton gandum setiap tahun untuk mi instan, roti, dan kebutuhan lainnya, juga mendapatkan sejumlah besar gandumnya dari kedua negara tersebut. Akibat perang yang mempengaruhi produksi dan keselamatan maritim, Indonesia dan negara-negara pengimpor gandum lainnya terpaksa mencari sumber alternatif.

Selain gandum, Rusia juga merupakan salah satu eksportir utama bahan baku untuk pupuk. Negara tersebut menghasilkan 19% Kalium dunia, 14% Fosfor, dan 16% Nitrogen. Konflik antara Rusia dan Ukraina mendorong kenaikan harga pupuk global.

Dan kemudian ada energi. Rusia adalah eksportir minyak dan gas terbesar ketiga di dunia. Konflik berkepanjangan di Ukraina, sekarang diperparah oleh konflik bersenjata di Palestina, dapat lebih meningkatkan harga pangan dan energi dengan mengganggu kelancaran fungsi rantai pasok global.

Source link

RELATED ARTICLES

Berita populer