Tuesday, February 18, 2025
HomeprabowoLetnan Jenderal TNI (Purn) Tarub dan Kepemimpinannya

Letnan Jenderal TNI (Purn) Tarub dan Kepemimpinannya

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto]

Pak Tarub adalah lulusan angkatan ’65. Saya pertama kali berinteraksi dengannya secara dekat ketika beliau menarik saya dari posisi Kepala Staf Brigade menjadi komandan Pusdikpassus di Batujajar. Bagi saya, peristiwa ini merupakan sebuah kehormatan.

Pada saat menarik saya, beliau mengatakan, “Prabowo, coba kau benahi Batujajar. Perbaiki kurikulumnya. Buat agar tidak kalah dengan pasukan terbaik di dunia.” Misi itulah yang saya emban dan dengan dukungan penuh dari beliau, saya melakukan perubahan kurikulum dan sistem latihan di Batujajar.

Sebelum menjabat sebagai komandan Pusdikpassus, saya meninjau beberapa pasukan khusus terbaik di dunia seperti Delta Force di Amerika, SAS di Inggris, dan GSG9 di Jerman. Setiap kali berkunjung ke pasukan, yang selalu saya cari adalah kurikulum pelatihan dan pendidikan mereka. Dari Pak Tarub, saya belajar bahwa jika kita ingin menilai suatu pasukan, lihatlah kurikulum pendidikan mereka. Hitunglah berapa jam pelajaran yang mereka belajar dalam taktik, teknik, dan sebagainya. Hitunglah berapa butir peluru yang ditembakkan oleh setiap prajurit. Dari situ kita akan tahu kualitas pasukan itu. Dengan dukungan penuh dari Pak Tarub, saya berhasil meningkatkan mutu dan kurikulum pelatihan komando. Alhamdulillah, setelah sekian puluh tahun saya memantau, beberapa perubahan yang saya lakukan masih terus diterapkan di Batujajar.

Pak Tarub dikenal sebagai orang yang ceria, penuh humor, selalu persuasif, dan jarang marah. Pribadinya halus. Beliau disukai atasannya, disukai rekan-rekan sejawat, dan disukai anak buah.

Pak Tarub juga terlihat dalam foto-foto di daerah operasi, sehingga sejak menjadi kapten beliau selalu berada di daerah operasi. Selain hobinya menembak, Pak Tarub juga tertarik dengan olahraga bela diri.

Seringkali Pak Tarub memberikan tugas kepada saya. Namun setelah memberikan tugas, beliau membiarkan saya menyelesaikan tugas tanpa terlalu banyak campur tangan. Inilah yang saya rasakan, banyak senior-senior saya memberikan tugas, memberikan perintah, memberikan dukungan dengan apa yang dibutuhkan, namun tidak mengganggu pelaksanaan tugas.

Sifat ini kemudian menjadi cara saya dalam memimpin. Saya sering memberikan tugas kepada bawahan dan membiarkan mereka menyelesaikan tugas tersebut. Tentu saja saya akan memberikan apa yang diperlukan, namun memberikan keleluasaan kepada mereka untuk menyelesaikan tugas.

Sebagai orang lapangan, saya tidak suka jika setiap langkah harus diatur, ditanya, atau diawasi. Saya kemudian melihat bahwa ini adalah gaya kepemimpinan yang berhasil.

Di satuan-satuan yang aktif dan kuat, pasukan-pasukan dunia yang hebat memiliki gaya kepemimpinan jenderal-jenderal hebat luar negeri seperti itu. Dikenal dengan istilah yang digunakan oleh tentara Jerman dan Amerika sebagai mission type order. Perintah dengan memberikan tugas pokok. Tidak perlu detail.

Ini juga yang dilaksanakan oleh Pak Sahala Rajagukguk saat mengendalikan saya pada tahun 1978, dalam operasi mengejar Lobato. “Kamu sampai di sini ini, lanjutkan pengejaran ke koordinat ini. Lalu kamu sudah tahu apa yang harus dilakukan. Ketemu lagi berapa hari dari sekarang dengan helikopter ini.” Selanjutnya, beliau langsung terbang, tanpa adanya perintah operasi yang bertele-tele. Ini juga yang saya pelajari dari Pak Tarub.

Source link

RELATED ARTICLES

Berita populer